Minggu, 20 Juni 2010

Tren Baru Penggemar Senjata Replika


JAKARTA – Hutan semak dan rerumputan itu betul-betul diliputi ketegangan. Beberapa orang berseragam hijau loreng terlihat mengendap-endap. Menghunus senapan mesin, matanya tajam mengawasi batas wilayah musuh di seberangnya.
Perlahan, jaraknya semakin dekat dan kian mendebarkan. Benar, saja. ”Serbu!” aba-aba seorang pria berpakaian dan masker hitam, dari balik semak. Sigap, ia berlari sambil memuntahkan pelurunya. Tampak, tiga rekannya memberikan tembakan perlindungan.
Terang, aksinya memicu berondongan senjata yang disertai teriakan-teriakan bernada penyerbuan antarkedua belah pihak. Sengit, dan cukup lama berlangsungnya.
Adegan seru tersebut bukanlah rekaman pertempuran di hutan pegunungan Nangroe Aceh Darussalam. Dua pihak berseteru tadi hanyalah ”perang-perangan” di antara para penggelut hobi Airsoft Gun atau penggemar koleksi senjata replika di hutan buatan Patriot, Tangerang. Sebuah tren baru di kalangan pria penggemar simulasi perang dan senjata di Indonesia.
”Awalnya, hobi ini dimulai di Amerika Serikat. Tetapi, pesatnya perkembangan industri Airsoft dan kolektor replika di Asia, jumlah penggemarnya justru meningkat di Jepang, Hong Kong, Taiwan dan Korea,” tutur Irwan H. Nursanto, penggagas berdirinya Code 4, sebuah klub penggemar Airsoft di Jakarta. Menurut Irwan, senjata yang dikumpulkan adalah senjata yang tak dapat digunakan atau hanya tiruan belaka dengan ukuran beragam.
Tapi kini, melihat bentuk, ukuran, berat maupun fungsinya, sudah kurang tepat lagi disebut replika. Kenyataannya, Airsoft bisa meniru bentuk dan tekstur asli, dan juga memiliki ukuran yang identik dengan perbandingan 1:1 dengan senjata api sebenarnya.
Kebanyakan senjatanya terbuat dari plastik kualitas tinggi berbahan ABS Resin atau ABS Plastics. Tetapi senjata itu pun bisa menggabungkan diri dengan aksesori dan part dari bahan logam. Jadi, jangan heran, jenis terakhir Airsoft telah tersedia dalam bentuk dan fitur full metal.

***
Merunut sejarahnya, produsen mainan di Asia adalah produsen pertama Airsoft. Mereka mengembangkan sistem pegas untuk melontarkan peluru 6 mm yang kerap digunakan dalam Airsoft. Namun produksinya masih terbatas pada jenis pistol, itu pun hanya bisa menembakkan satu peluru per tembakan.
Sebutlah pistol mainan jenis Smith & Wesson 9 mm. Pada era 1987, ”Si Bongkok” yang dipakai dalam film Miami Vice itu cukup banyak penggemarnya, termasuk Irwan. Untungnya, pistol pegas ini sudah beredar di toko-toko mainan di Indonesia. Jenisnya pun semakin beragam, sehingga mudah ditemukan, termasuk jenis Colt 45, Smith & Wesson, Beretta, Dessert Eagle, Cougar.
Menjelang akhir 1997, perkembangan senjata mainan terus meningkat. Tak cuma pistol, namun juga merambah ke jenis SMG - Small Machine Gun (senapan ringan otomatis) dan Rifles (senapan serbu). Maka, beredarlah jenis senjata macam H&K MP5-A3, M-16 A1, Scorpion, UZI, Ingram di Indonesia. ”Paling mantap MP-5, bisa pakai red pointer dan flash light untuk peperangan di malam hari,” terang Irwan pengoleksi replika laras jenis M-4 A1, Ingram M-11, serta handgun Baretta M-92, Glock-17, USP Compat dan STI Highbrid itu.
Boleh jadi, sejak itulah Airsoft berkembang pesat. Maklum, produk-produknya sudah menggunakan gas khusus (CFC/HFC) sebagai tenaganya. Memang, konsepnya masih meniru sistem airgun (senjata gas) asli. Namun peniruannya hanya mengambil dari senjata bertipe gas khusus bertekanan rendah, alhasil hanya memuntahkan peluru plastik 6 mm.
”Sebetulnya, airgun sendiri bisa menembakkan peluru logam dengan bentuk dan ukuran yang sama, apalagi jenis-jenisnya semakin berkembang,” imbuh pria kelahiran Bandung 17 Oktober 1970 itu. Kala itu, jenis pistol dan senapan mesin sudah memakai sistem gas, tapi sayangnya cenderung menjadi tidak realistik. Pasalnya, jika jenis pistol menggunakan magazine sebagai wadah penyimpan gasnya, tipe senapan mesin justru memakai pipa yang terhubung pada tabung gas.
Canggih, realistik dan bertenaga. Itulah Airsoft kini. Dari segi berat pun semakin mirip dengan berat senjata aslinya. Realistik, sebab sudah diterapkannya sistem blowback (memberikan hentakan cukup besar ketika menembakkan peluru).
Akurasi penembakan pun semakin baik dengan hadirnya sistem Hop-Up. ”Sistem inilah yang bikin peluru meluncur lurus pada jarak yang lebih jauh,” imbuh Irwan. Bahkan, masih menurut Irwan, untuk beberapa jenis pistol bisa memuntahkan peluru sekaligus secara otomatis (trigger), seperti pada senapan mesin yang sebenarnya.
Pada beberapa senjata tipe lama, jarak tembak efektifnya berkisar hanya 5 sampai 10 meter. Tapi kini, kemampuan senapan Airsoft bisa mencapai jarak efektif hingga 30 meter. Malah tipe modifikasinya dapat meluncur deras sampai jarak 50 meter.
Jarak rata-rata efektif senjata mainan jenis pistol berkisar 10 meter. Sementara jenis senjata bertenaga elektrik seperti senapan mesin ringan SMG atau serbu bisa mencapai 20 meter.

Kian Canggih
Seiring pesatnya kemajuan teknologi, Airsoft pun menerapkan penggunaan komponen elektronik dan tenaga listrik dengan part yang juga semakin canggih. Di kalangan penggemar Airsoft, jenis ini biasa disebut AEG (Automatic Electric Gun).
”AEG bisa melontarkan peluru secara otomatik dan elektronik,” ungkap Irwan. Hebatnya, hanya senapan jenis inilah yang dapat merengkuh jarak tembak terjauh dengan kecepatan lebih cepat dari produk yang sudah dijelaskan Irwan sebelumnya.
Sebagai tenaga pelontar peluru, AEG menggunakan baterai 8.4 sampai 12 volt (modifikasi) dengan kapasitas 600 mAH sampai 3.000 mAH (modifikasi). Baterai yang lazim digunakan adalah jenis NiCD seperti baterai pada radio control sebesar 8.4 sampai 9.6 volt berkapasitas standar 600 mAH hingga 1.300 mAH.
Mereka yang kadung menggemari koleksi replika tentu berdecak kagum akan kecanggihan AEG. Apalagi, jika melihat jenis terakhirnya yang sudah terbuat dari bahan logam. Beratnya mirip senjata aslinya, dengan tingkat kemiripan rata-rata sekitar 70 sampai 80 persen atau 98 hingga 102% pada tipe full metal.
”Pada akhirnya, Airsoft lebih mendekati simulasi militer, ketimbang main perang-perangan,” tambah Irwan, tersenyum. Kian serupa dengan aslinya, membuat Airsoft kian terlihat sangar, meskipun hanya memuntahkan proyektil peluru tiruan berbahan plastik berukuran 6 mm.
Dengan power yang kecil, beberapa senapan tipe lama menggunakan peluru seberat 10 gram. Sementara itu, tipe peluru 10 sampai 25 gram lazim dipakai pada senjata mainan yang beredar hingga detik ini.
Lain halnya dengan tipe peluru 30 sampai 45 gram. Terbuat dari material plastik khusus atau logam, tipe ini kerap digunakan pada senjata mainan yang telah dimodifikasi macam AEG.
Namun jangan salah, peluru berbentuk bulat dengan berat 10 sampai 45 gram itu bisa membuat kulit korban yang tertembak memar kemerahan. Maklumlah, kecepatan rata-rata peluru pada senjata tipe lama saja mencapai 250 fps (feet per-second), sedangkan tipe terakhir berkisar sampai 350 fps. Sebagai catatan, kecepatan 350 fps ke atas merupakan tembakan pada senjata hasil modifikasi.
Jika dikonversikan, kecepatan peluru 250 fps kira-kira sekitar 75m/detik, dan kecepatan 350 fps, -kecepatan yang lazim pada tipe senjata mainan Airsoft terkini kira-kira sekitar 105 m/detik. Kalau sudah begini, bisa Anda bayangkan adrenalin yang berloncatan, saat dihadang musuh di jarak tembak sepuluh meter?
sumber : http://www.sinarharapan.co.id/feature/hobi/2004/1013/hob1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar